6 Cara Menanamkan Kesadaran Atur Uang untuk Anak-Anak - “Waduh, masih pertengahan bulan, tapi uangku sudah habis.”
“Padahal perlu banget beli buku ini, tapi uangku hanya sisa segini.”
Pernahkah Anda mengalami kejadian di atas? Jika ya, mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya perencanaan keuangan yang matang. Jika dirunut lebih lanjut, seringkali kejadian ini disebabkan oleh kebiasaan ‘tidak merencanakan keuangan dengan matang’ sedari kecil yang terbawa hingga dewasa.
Akibatnya, kita seringkali kebingungan setiap tanggal tua atau setiap ada kebutuhan mendadak di luar rencana. Bagaimana cara mengatasinya? Mulailah berbenah dari sekarang. Juga, sebagai pembelajaran, agar kejadian yang sama tidak terulang kepada anak-anak kita, mulailah tanamkan kesadaran mengatur uang sejak dini, sejak mereka masih kanak-kanak.
Pertanyaannya adalah, sejak usia berapa anak-anak bisa diajarkan mengenai perencanaan keuangan? Pada dasarnya, usia bukanlah masalah, tergantung ketepatan metode pengenalan perencanaan keuangan yang digunakan. Misalnya, pada usia 5—7 tahun, kita bisa membelikan mereka mainan yang mereka inginkan setelah mereka melakukan beberapa pekerjaan ringan. Usia 9—12 tahun, kita bisa melibatkan anak-anak dalam perencanaan keuangan rumah tangga, misalnya merencanakan belanja mingguan bersama-sama. Selanjutnya, pada usia 13—17 tahun, kita bisa mengajarkan mereka cara berinvestasi secara tepat.
Keseluruhannya dilakukan bertahap, sehingga bertahap pula akan terbentuk sikap disiplin, tanggung jawab, kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan, dan kesadaran mengatur uang.
Pertanyaan kedua, bagaimana cara menanamkan kesadaran mengatur uang kepada anak-anak? Berikut enam hal yang bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Selain uang dan pekerjaan, ajarkan pula mengenai investasi. Saat ini menabung bukanlah investasi, namun tak ada salahnya memulainya dari sini. Ajarkan anak menabung untuk mengajari mereka hidup hemat dan belajar memanajemen keuangan pribadi. Menabung bisa dilakukan di rumah dengan menggunakan celengan berbentuk karakter kesukaan mereka, bisa pula di bank.
Mengenai investasi, kita bisa mengajarkan anak mulai berinvestasi logam mulia, obligasi, atau saham. Tak ada salahnya memulai investasi di usia dini, beberapa orang kaya di dunia pun memulainya dari investasi saat belia. Investasi di usia muda akan menuai hasil manis di kemudian hari. Yang jelas, apa yang kita ajarkan bertujuan mematangkan pamahaman anak akan konsep uang, bukan menumbuhkan sisi materialistis pada anak.
Pemberian daftar pekerjaan kepada anak melatih diri kita pribadi untuk berani memberikan kepercayaan kepada anak sekaligus mengajarkan mereka bertanggung jawab terhadap uang. Kita bisa memfungsikan uang saku sebagai ‘upah’. Dengan begitu, anak-anak akan lebih menghargai uang saku yang mereka terima sebagai hasil ‘kerja keras’ mereka. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini akan menumbuhkan semangat bekerja untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
Bagaimana mengatasi hal tersebut? Satu: terus beri edukasi, pendampingan, dan dukungan. Beri anak-anak pengertian bahwa apa yang mereka tekuni saat ini adalah kebiasaan baik yang akan berguna untuk masa depan mereka nanti. Kebiasaan baik yang diteruskan lama-lama akan menjadi karakter. Pembentukan karakter inilah yang perlu orang tua bina semenjak dini demi kesuksesan anak di masa mendatang. Karena karakter mereka bergantung pada apa yang kita biasakan lakukan pada mereka.
Kita dapat memulainya dengan time table bulanan hingga anak-anak mampu merumuskan tujuan keuangannya sendiri berikut list pekerjaan yang akan mereka lakukan untuk mencapainya. Setelah per bulan, time table dapat berkembang menjadi per berapa bulan, per tahun, atau per periode.
Tentunya, memiliki kesadaran mengatur uang sejak dini akan membuat mereka terbiasa dengan manajemen keuangan pribadi sehingga mereka dapat mengatur hidupnya dengan lebih baik. Dengan kemampuan ini, mereka akan terhindar dari sikap boros yang merugikan. Mereka pun akan lebih mudah sejahtera, mapan, dan mandiri. Tentu kita tidak ingin anak terus-menerus menggantungkan biaya hidupnya kepada orang tua selama hidupnya, bukan?
“Padahal perlu banget beli buku ini, tapi uangku hanya sisa segini.”
Pernahkah Anda mengalami kejadian di atas? Jika ya, mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya perencanaan keuangan yang matang. Jika dirunut lebih lanjut, seringkali kejadian ini disebabkan oleh kebiasaan ‘tidak merencanakan keuangan dengan matang’ sedari kecil yang terbawa hingga dewasa.
Akibatnya, kita seringkali kebingungan setiap tanggal tua atau setiap ada kebutuhan mendadak di luar rencana. Bagaimana cara mengatasinya? Mulailah berbenah dari sekarang. Juga, sebagai pembelajaran, agar kejadian yang sama tidak terulang kepada anak-anak kita, mulailah tanamkan kesadaran mengatur uang sejak dini, sejak mereka masih kanak-kanak.
Pertanyaannya adalah, sejak usia berapa anak-anak bisa diajarkan mengenai perencanaan keuangan? Pada dasarnya, usia bukanlah masalah, tergantung ketepatan metode pengenalan perencanaan keuangan yang digunakan. Misalnya, pada usia 5—7 tahun, kita bisa membelikan mereka mainan yang mereka inginkan setelah mereka melakukan beberapa pekerjaan ringan. Usia 9—12 tahun, kita bisa melibatkan anak-anak dalam perencanaan keuangan rumah tangga, misalnya merencanakan belanja mingguan bersama-sama. Selanjutnya, pada usia 13—17 tahun, kita bisa mengajarkan mereka cara berinvestasi secara tepat.
Keseluruhannya dilakukan bertahap, sehingga bertahap pula akan terbentuk sikap disiplin, tanggung jawab, kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan, dan kesadaran mengatur uang.
Pertanyaan kedua, bagaimana cara menanamkan kesadaran mengatur uang kepada anak-anak? Berikut enam hal yang bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
1. Tanamkan Tujuan Keuangan
Setiap hal memerlukan tujuan, termasuk keuangan. Tujuan akan membuat seseorang fokus dan terarah. Karena itu, ajak dan arahkan anak-anak berpikir dan bantu mereka menentukan tujuan keuangannya. Dengan memiliki tujuan keuangan, mereka akan termotivasi untuk bekerja atau melakukan sesuatu untuk mencapainya. Tentu saja hal ini akan memudahkan kita mengajarkan konsep uang pada mereka.2. Berikan Pengertian Mengenai Uang, Pekerjaan, dan Investasi
Berikan kesadaran pada anak bahwa segala sesuatu yang mereka inginkan memerlukan uang, dan uang dapat dihasilkan jika kita bekerja. Dengan demikian, ketika ingin membeli suatu barang, mereka tahu mereka harus bekerja untuk mendapatkannya. Jadi, daripada mengatakan “tidak punya uang” ketika mereka menginginkan sesuatu, lebih baik tawarkan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu kita dalam usaha mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tersebut. Capailah kesepakatan dan jelaskan konsekuensi serta hadiah yang bisa diberikan kepadanya.Selain uang dan pekerjaan, ajarkan pula mengenai investasi. Saat ini menabung bukanlah investasi, namun tak ada salahnya memulainya dari sini. Ajarkan anak menabung untuk mengajari mereka hidup hemat dan belajar memanajemen keuangan pribadi. Menabung bisa dilakukan di rumah dengan menggunakan celengan berbentuk karakter kesukaan mereka, bisa pula di bank.
Mengenai investasi, kita bisa mengajarkan anak mulai berinvestasi logam mulia, obligasi, atau saham. Tak ada salahnya memulai investasi di usia dini, beberapa orang kaya di dunia pun memulainya dari investasi saat belia. Investasi di usia muda akan menuai hasil manis di kemudian hari. Yang jelas, apa yang kita ajarkan bertujuan mematangkan pamahaman anak akan konsep uang, bukan menumbuhkan sisi materialistis pada anak.
3. Bantu Anak Membuat Daftar Pekerjaan
Daftar pekerjaan dapat diatur dan didiskusikan bersama. Yang jelas, daftar ini bervariasi sesuai umur dan kemampuan anak. Tentu saja daftar pekerjaan seorang anak berusia 6 tahun berbeda dengan si kakak yang berusia 12 tahun.Pemberian daftar pekerjaan kepada anak melatih diri kita pribadi untuk berani memberikan kepercayaan kepada anak sekaligus mengajarkan mereka bertanggung jawab terhadap uang. Kita bisa memfungsikan uang saku sebagai ‘upah’. Dengan begitu, anak-anak akan lebih menghargai uang saku yang mereka terima sebagai hasil ‘kerja keras’ mereka. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini akan menumbuhkan semangat bekerja untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
4. Beri Anak Edukasi, Dampingi, dan Dukung
Rutinitas kadangkala menimbulkan kebosanan dan kelelahan, ini juga terjadi pada anak-anak. Akan ada suatu masa ketika mereka mulai jenuh mengerjakan pekerjaan-pekerjaan penghasil uang yang selama ini mereka lakukan. Apalagi ketika menyadari bahwa konsekuensi dari tidak melakukan pekerjaan tersebut ternyata tidak seburuk yang mereka pikirkan. Bolehlah istirahat sekali-dua kali, tapi kalau dibiarkan terus-menerus, hal ini justru membuat mereka bermental mudah menyerah.Bagaimana mengatasi hal tersebut? Satu: terus beri edukasi, pendampingan, dan dukungan. Beri anak-anak pengertian bahwa apa yang mereka tekuni saat ini adalah kebiasaan baik yang akan berguna untuk masa depan mereka nanti. Kebiasaan baik yang diteruskan lama-lama akan menjadi karakter. Pembentukan karakter inilah yang perlu orang tua bina semenjak dini demi kesuksesan anak di masa mendatang. Karena karakter mereka bergantung pada apa yang kita biasakan lakukan pada mereka.
5. Buat Time Table
Membangun kebiasaan memerlukan usaha yang dilakukan terus-menerus, secara berulang. Dalam perjalanannya, rasa bosan dapat saja timbul. Padahal jika tidak konsisten, tujuan membangun kebiasaan itu akan sulit tercapai. Apalagi jika hal ini berhubungan dengan anak-anak yang cenderung lebih mudah merasa bosan. Menyikapi hal ini, kita perlu membuat time table yang menargetkan waktu capaian.Kita dapat memulainya dengan time table bulanan hingga anak-anak mampu merumuskan tujuan keuangannya sendiri berikut list pekerjaan yang akan mereka lakukan untuk mencapainya. Setelah per bulan, time table dapat berkembang menjadi per berapa bulan, per tahun, atau per periode.
6. Evaluasi
Dalam tahapan proses penanaman kesadaran mengatur uang untuk anak, evaluasi mutlak diperlukan untuk menganalisis apa-apa saja yang berhasil atau kurang berhasil, apa-apa saja yang dapat membakar atau melumpuhkan semangat anak. Dengan evaluasi, kita bisa menambal bagian-bagian yang kurang sempurna atau bahkan merumuskan kembali demi kemajuan bersama.Tanamkan Sejak Dini
Inilah tahap-tahap yang bisa dilakukan untuk menyiapkan pemimpin muda dengan masa depan cemerlang, tentu saja dengan pendekatan ala orang tua yang melatih anak bersikap tanggung jawab.Tentunya, memiliki kesadaran mengatur uang sejak dini akan membuat mereka terbiasa dengan manajemen keuangan pribadi sehingga mereka dapat mengatur hidupnya dengan lebih baik. Dengan kemampuan ini, mereka akan terhindar dari sikap boros yang merugikan. Mereka pun akan lebih mudah sejahtera, mapan, dan mandiri. Tentu kita tidak ingin anak terus-menerus menggantungkan biaya hidupnya kepada orang tua selama hidupnya, bukan?
Post A Comment:
0 comments: